Mahmuddin

Belajar dan Berbagi

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games-Tournament (TGT)

Posted by Mahmuddin pada Desember 23, 2009

Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavi, 2008). Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament dimasukkan sebagai tahapan review setelah setelah siswa bekerja dalam tim (sama dengan TPS).

Dalam TGT siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”, di mana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai IPA terakhir yang sama. Sebuah prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya. Ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) kedua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.

TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.

Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran.

Dalam Implementasinya secara teknis Slavin (2008) mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:

  • Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.
  • Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.
  • Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga peserta).
  • Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan Pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:

  1. Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang , kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lbr jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lbr skor permainan.
  2. Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang I dan II.
  3. Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
  4. Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.
  5. Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban secara bergantian.
  6. Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada).
  7. Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
  8. Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.
  9. Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah)
  10. Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen.

Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran TGT

Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.

Menurut Slavin (2008), perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan di mana para siswa bekerja. Deutsch (1949) dalam Slavin (2008) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif,  yaitu:

  1. kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.
  2. kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.
  3. individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.

Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.

Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.

Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa.

Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:

  • Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
  • Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
  • TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
  • TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
  • Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
  • TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

43 Tanggapan to “Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games-Tournament (TGT)”

  1. narman said

    bagus…kasih tinjauan pustaka dunkkk

  2. beqy said

    trimakasih yah,,,,tinjauan pustakanya dunk,,,

    To Beqy: tulisan ini berupa tinjauan pustaka, tuk lebih falosofisnya ada di tulisan lain: Strategi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

  3. sri mulyani said

    tlg minta sumber kriteria penilaian minat melalui pembelajaran TGT. saya butuh sekali

  4. arivynt said

    bagus….

  5. alysuwarto said

    Mas Mahmuddin , bagus , tulisan anda kami adopsi untuk blog MGMP IPA SMP Kab. Majalengka Terima kasih

  6. riris said

    thanks ya… bagus bgt tulisannya, bantuin saya unt sumber skripsi..

  7. paulina said

    TQ mempermudah saya…
    minta referensi bukunya dung…???

  8. rantining lestari said

    sya juga sering menerapkan dalam kelas, hasilnya bagus, cuma saya tidaktahu apa namanya,makasi banget sudah kasi input,buat bahan thesis, refernsinya yaa. kemarin sama teman dikasi tahu teknik ni namanya TGT. many thanks.

  9. sholehudin al-ayyubi said

    lo ada model baru post lagi ja

  10. khoiriyah said

    salam kenal.
    thx…artikelnya bagus-bagus. terus berkarya!

  11. miftahul adni said

    tentang tekhnik turnamen belajar ada g??

  12. indah said

    Bagi-bagi referensi dunk tentang TGT…butuh banget niy….

  13. Sulaiman said

    melihat peran guru yang penting, rasanya jelas nyata bahwa pekerjaan menjadi guru adalah pekerjaan besar yang mungkin memerlukan banyak waktu tercurah untuk optimalisasinya. mungkin juga waktu guru bersama keluarganya akan banyak terganggu karena sang guru sibuk mempersiapkan, menyikapi dan berbenah untuk keberhasilan pengajarannya.
    dengan kata lain, kehidupan guru “dipegang” oleh kewajiban profesinya. kalo gitu, jamin dong kesejahteraan dan kehidupan ekonomi atau kenyamanan diri dan keluarga yang menjadi tanggungannya. bukankah dia bekerja untuk mengantarkan orang menjadi lebih berkualitas sehingga menciptakan kesejahteraan ilmu, fikiran dan ekonomi orang lain?
    dengan gaji sekitar 1 sampai 2 dan sedikit sekali yang nyampe 3 juta, terjaminkah kehidupan materi sang guru dan keluarganya? kalo hanya cukup, pantaskah itu diberikan sebagai imbalan misi mulianya?

  14. […] https://mahmuddin.wordpress.com/2009/12/23/strategi-pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-games-tourname… « PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHER AND LEARNING ( CTL ) SukaBe the first to like this post. […]

  15. Ibu Widy said

    Pak Mahmuddin, strategi yang lain lagi dongg..

  16. Anonim said

    TRIMAKASIH…tas tulisannya proposalku terbantukan

  17. kalau tipe CORE kaya gmna???

  18. Nurhayati. Jember said

    أشكرك شكرا جزيلا بهذه المقالة. أحتاجها بشدة الحاجة لتكميل الرسالة الماجستير بالجامعة مولانا مالك إبراهيم مالانق. عسى أن ينفعنا ببركتها. آمين.

  19. Anonim said

    mksh ya…bagus sekali artikelnya…

  20. trisutarmi said

    trmksh ya…bagus sekali artikelnya…sy lg buat PTK jd sgt terbantu…

  21. Mahmuddin said

    Terima kasih atas Kunjunganya

  22. daphi said

    seharusnya yang namanya artikel itu harus ada daftar pustakax juga, biar lebih meyakinkan….terus yang saya tau menurut slavin TGT tu ada 5 langkah. 1. presentasi kelas, 2. kelompok, 3. game, 4. tournament, 5. pengargaan kelompok

    • Mahmuddin said

      Dear Daphi, Mohon maaf, artikel di Weblog ini umumnya tidak mencantumkan Daftar Pustaka. Hal ini dilakukan untuk mencegah pembajakan secara serampangan. Jika terdapat artikel yang dibutuhkan dalam blog ini secara lengkap, silahkan disampaikan dengan mencantumkan alamat email. Tentang sintaks TGT, tetap mengacu pada sintaks Model Pembelajaran Kooperatif sebagai induknya. Silahkan dibaca kembali dengan seksama buku Robert Slavin.

      Terima kasih atas kunjunganya.

  23. boleh minta refrensi bukunya….

  24. rizardian said

    Model pembelajaran yang sangat menarik dan menyenangkan untuk diterapkan. Tapi sepertinya susah untuk diterapkan di SD kelas rendah. Share donk gan tentang model pembelajaran yang mudah diterapkan di SD kelas rendah terutama mapel PKn dan Bahasa Indonesia.

  25. Terimakasih,
    ini sangat membantu

  26. otimaulidia said

    tq pak.. butuh pencerahan lebih mendalam tentang TGT terhadap hasil belajar pak. tlg daftar pustakanya yah pak untuk skripsi ke otimaulidia@yahoo.com

  27. rahmawati said

    terimakasih tapi saya butuh refrensi tentang kooperatif TGT untuk skripsi saya
    beri tw sya lewat no hp saya 087765118119

  28. Anonim said

    minta referensi buku tentang tgt

  29. minta referensi buku tentang tgt

  30. dini said

    pak ini saya mau tanya variabel saya kan salah satunya ini saya kesulit mencari buku,,ini bukunya dimana ya pak bisa beli atau pinjam?terimakasih

  31. Dini said

    asslkm,,
    model ini agak membuat saya bingung,
    apakah pada setiap meja turnamen mempunyai satu pembeca soal atau dari keseluruhan hanya satu yang bertindak sebagai pembaca soal ??
    mohon di balas ka’

  32. A.yaqin said

    maturnuwun cak din t adobsi separuh ae yooo smg Alloh yng memblas tambah cerdas penuh ide

  33. boleh minta referensinya ga?

    • Mahmuddin said

      To Litta Putri Sudrajat,

      terima kasih atas kunjungannya. ini referensi utamanya: Slavin, Robert E. 2008. *Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik*. Penerbit Nusa Media. Bandung.

  34. Saya sedang mengajukan judul skripsi tentang ini, mohon saran buku atau jurnal yang cukup menguatkan saya tentang model TGT ini terima kasih

    email: ermayunita514@gmail.com

  35. Anonim said

    alhamdulillah semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua 🙂

  36. Muslim said

    terimakasih atas informasinya. saya menjadi bersemangat dalam KBM

  37. Anonim said

    Makasih, Barokalloh…

Tinggalkan komentar