Mahmuddin

Belajar dan Berbagi

Manajemen Lingkungan Pembelajaran Berbasis Psikologi

Posted by Mahmuddin pada Februari 18, 2010

Perkembangan pendidikan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan trend untuk menguatkan peran psikologi dalam dunia pendidikan. Pergantian kurikulum secara berkala mengalami perubahan secara signifikan terutama dalam hal standarisasi isi, proses dan penilaian pendidikan. Pengembangan kurikulum memberikan prioritas perhatian pada perkembangan psikologi peserta didik. Selain itu, penyelenggaraan pendidikan dituntut untuk menggunakan teori-teori pembelajaran mutakhir dengan multistrategi, multimedia dan multiresuorce.

Hal ini sejalan dengan hakikat belajar yang pada dasarnya merupakan suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku (Sanjaya, 2008). Di mana belajar dapat diartikan sebagai proses mencapai perkembangan pada diri anak. Dengan demikian, proses belajar yang direkayasa sebagaimana dilakukan di sekolah, seharusnya dapat memberikan ruang dan suasana yang kondusif bagi terjadinya perkembangan pada diri anak. Artinya, proses pembelajaran harus memperhatikan aspek pskologis sebagai dasar menciptakan situasi untuk belajar.

Sebagai rujukan terhadap hal di atas, Aunurrahman (2009) mengemukakan bahwa sebuah sistem pembelajaran dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa adalah karakteristik siswa, sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menggali hasil belajar, rasa percaya diri dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang dapat berpengaruh dalam kegiatan proses pembelajaran tersebut, diantaranya faktor guru, kurikulum sekolah, sarana dan prasarana, serta faktor lingkungan. Dalam konteks pembelajaran sebagai proses pendidikan terhadap individu, pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya setiap siswa belajar.

Proses belajar-mengajar merupakan fenomena menarik yang kompleks. Segala sesuatu yang terjadi di dalam proses belajar mengajar memiliki arti penting bagi anak.  Setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi merupakan objek yang menjadi pengalaman belajar bagi peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran sangat ditentukan oleh iklim lingkungan belajar, presentasi dan rancangan pengajaran yang diciptakan oleh guru. Dalam hal ini, kelas atau sekolah sebagai lingkungan belajar, harus dikelolah dengan efektif. Ketika kelas dikelola secara efektif, kelas akan berjalan lancar dan siswa akan aktif dalam pembelajaran.

Menurut Santrock (2008), pengelolaan kelas yang efektif memiliki dua tujuan yaitu membantu siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah siswa mengalami problem akademik dan emosional. Pengelolaan kelas yang efektif akan membantu guru memaksimalkan waktu pengajaran guru dan waktu belajar siswa. Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat siswa sibuk dengan tugas yang menantang. Selain itu, siswa akan termotivasi untuk belajar dan memahami aturan serta regulasi yang harus dipatuhi.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, penulis menganggap bahwa mengelola kelas pembelajaran semestinya memperhatikan faktor psikologi. Bagaimanapun, anak secara fitrawi sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan psikologi. Situasi yang diciptakan guru dalam pembelajaran merupakan lingkungan yang memiliki pengaruh yang bersifat psikologis pada diri anak dan turut menentukan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, pengelolaan lingkungan pembelajaran seharusnya menggunakan pendekatan psikologi.

3 Tanggapan to “Manajemen Lingkungan Pembelajaran Berbasis Psikologi”

  1. chalie said

    maju yps…

  2. Sulaiman said

    melihat peran guru yang penting, rasanya jelas nyata bahwa pekerjaan menjadi guru adalah pekerjaan besar yang mungkin memerlukan banyak waktu tercurah untuk optimalisasinya. mungkin juga waktu guru bersama keluarganya akan banyak terganggu karena sang guru sibuk mempersiapkan, menyikapi dan berbenah untuk keberhasilan pengajarannya.
    dengan kata lain, kehidupan guru “dipegang” oleh kewajiban profesinya. kalo gitu, jamin dong kesejahteraan dan kehidupan ekonomi atau kenyamanan diri dan keluarga yang menjadi tanggungannya. bukankah dia bekerja untuk mengantarkan orang menjadi lebih berkualitas sehingga menciptakan kesejahteraan ilmu, fikiran dan ekonomi orang lain?
    dengan gaji sekitar 1 sampai 2 dan sedikit sekali yang nyampe 3 juta, terjaminkah kehidupan materi sang guru dan keluarganya? kalo hanya cukup, pantaskah itu diberikan sebagai imbalan misi mulianya?

  3. Muslim said

    sangat setuju, dalam proses belajar mengajar harus mengedepankan psikologi peserta didik supaya kita lebih bijak dalam bertindak dan memperlakukan peserta didik agar proses belajar mengajar berjalan dengan kondusif dan efektif.jadi guru emang susah, tapi kalau di jalanin dengan iklas dan tabah menjadi menyenangkan.

Tinggalkan komentar